‘Jokowi Effect’ – menuntun pada kemenangan islam? atau menarik ke dalam jurang? Think again!

‘Jokowi effect’ ramai dibicarakan. Tak lama setelah PDIP secara resmi mencalonkan jokowi sebagai capres dikabarkan rupiah menguat. media massa yang memang selama ini dikenal pro jokowi pun memunculkan opini kuat, “jokowi adalah pilihan presiden terbaik” dengan berbagai argumentasi. Tak ketinggalan media massa luar negeri, menyambut hangat Jokowi.

Memang kemunculan Jokowi–lepas dari berbagai tudingan konspirasi dibaliknya–bagi sebagian orang menimbulkan harapan. sosok yang kelihatan sederhana, berwajah ‘lugu’ dan dicitrakan merakyat diharapkan bisa membawa perubahan untuk indonesia yang karut marut. Wajar saja, hal ini muncul sebagai reaksi kemuakan terhadap politisi-politisi stok lama yang sarat masalah. Persoalannya, bisakah mengandalkan sosok individual jokowi?

untuk itu, menjawab apa sebenarnya persoalan Indonesia sehingga karut marut seperti sekarang menjadi penting. Kalau kita memperhatikan secara mendalam, persoalan Indonesia sesungguhnya adalah persoalan sistem. Memang ada masalah individual, tetapi yang paling berpengaruh dan menonjol adalah sistem.

beberapa indikasinya antara lain, Indonesia bermasalah dalam hampir semua aspek, multidimensional. pendidikan, sosial, ekonomi, politik, hukum, keamanan, transportasi, hampir semuanya bermasalah.

indikasi lain, banyak persoalan muncul bukan berkaitan masalah implementasi kebijakan, justru lahir dari undang-undang yang mengatur kebijakan itu. Perampokan kekayaan alam Indonesia oleh perusahaan-perusahaan asing dilegitimasi berbagai UU yang pro kapitalis, seperti UU migas, UU penanaman modal, UU kelistrikan. sebagai contoh, keinginan untuk menjadikan pertamina sebagai BUMN kuat dan alat pemerintah dalam pengelolaan BBM justru terhalang UU migas No. 22 tahun 2001. UU ini membatasi kewenangan pertamina sebagai pemain utama (single player) di sektor ini. UU ini juga memberikan hak/kewenangan kepada perusahaan minyak lain, baik domestik atau asing. Tidak mengherankan kalau sektor migas kita sebagian besar dikuasai oleh perusahaan asing.

persoalan Indonesia bukan sekedar persoalan individual, tetapi sistemik juga bisa kita lihat dalam korupsi. Hampir semua aspek di Indonesia tidak lepas dari korupsi, baik swasta atau negara. tiga institusi pilar negara demokrasi (legislatif, eksekutif, yudikatif) pun tidak lepas dari kasus korupsi. DPR dan kepolisian kerap mendapat gelar lembaga terkorup. Bahkan DPR sudah 4 tahun berturut-turut, menurut KPK, menduduki posisi nomor wahid dalam kasus korupsi. Menurut petinggi KPK Busyro muqaddas, hampir semua sistem DPR rawan korupsi, baik fungsi legislasi, anggaran maupun pengawasan. menurut staf mendagri sejak pemilu pilkada 2004, sudah ada 3000 anggota DPRD yang terjerat kasus hukum, lebih dari 80% adalah kasus korupsi. Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) yang salah satu tugas pentingnya menilai UU, juga terjerat korupsi.

mengingat persoalan Indonesia adalah persoalan sistem, ‘jokowi effect’ yang tidak menyentuh perubahan sistem dipastikan 100% tidak akan membawa perubahan yang mendasar. jokowi pasti akan gagal. pasalnya, pangkal persoalan indonesia dan negeri-negeri islam lainnya adalah penerapan sistem kapitalisme yang berasas sekularisme berikut pemikiran pokoknya seperti demokrasi, pluralisme, dan liberalisme.

dari berbagai transisi politik di Indonesia, pada mulanya para pemimpin tiap orde itu pun banjir pujian. namun tidak lama berlangsung, mereka juga gagal. sebabanya, yang terjadi hanya berganti rezim/orang, bukan sistem. kegagalan mereka diperparah dengan ketundukan mereka kepada barat. sikap pemimpin seperti inilah yang melestarikan penjajahan kapitalisme.

perlu kita catat, yang diinginkan barat dari pemimpin Indonesia ke depan adalah tetap tunduk kepada mereka. Tentu mereka akan memuji calon pemimpin yang siap melestarikan sistem penjajahan mereka. tidak mengherenkan kalau petinggi Bank Dunia sudah mewanti-wanti kepada presiden baru ke depan untuk menaikkan harga BBM atau mengurangi subsidi. ini sesungguhnya pesan arogansi dari barat, bahwa siapapun pemimpin Indonesia harus tunduk kepada mereka.

Di sinilah letak penting peran partai-partai Islam. Seharusnya mereka menyerukan perubahan sistem dengan tawaran ideologi yang jelas. Tentu ideologi yang harus berseberangan dengan kapitalisme, tidak ada lain kecuali islam: bukan malah menyerukan demokrasi dan liberalisme, apalagi menikmatinya, apalagi kemudian menjilat barat untuk mendapatkan keridhaannya.

Partai Islam harus menyerukan pergantian sistem kapitalisme sekuler menjadi islam; mengganti negara sekuler yang menerapkan kapitalisme menjadi negara khilafah yang menerapkan syariah islam secara kaffah. seruan ini harus jelas, gamblang dan terbuka agar umat bisa paham sehingga mendukung dan memperjuangkannya.

tugas penting ini diperintahkan Allah SWT (QS Ali Imran [3]: 104) yang menjadi dasar dari kewajiban keberadaan gerakan kelompok, atau partai politik yang berdasarkan islam. kelompok atau partai politik ini wajib menyerukan al khair (ISLAM) serta melakukan amar makruf nahi mungkar. Imam ath-thabari dalam tafsirnya Jami’ an-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an menjelaskan pengertian yad’una ila al-khair adalah yad’una ila al-islam wa syarai’ihi allati syara’a Allahu li ‘ibadihi (menyerukan islam dan syariah-Nya yang disyariatkan Allah swt kepada hambanNya).

tugas ini memang berat dan bisa jadi belum diterima sepenuhnya oleh rakyat. namun in sha Allah, dengan perjuangan yang tidak kenal lelah, rakyat akan makin paham dan mendukung, bahwa syariah islam wajib diterapkan secara kaffah di tengah-tengah kehidupan mereka dalam institusi pemerintahan Islam yang bernama khilafah.

Apalagi mereka melihat di depan mata, bagaimana fakta kerusakan akibat sistem kapitalisme. Rakyat juga merasakan langsung penderitaan itu. in sha Allah dengan sikap istiqomah berpegang teguh pada islam, bekerja keras berdasarkan manhaj Rasulullah saw. dan berharap pada pertolongan Allah SWT. kemenangan itu akan semakin dekat. bukankah Allah yang memiliki kekuasaan dan Allah pula yang menggilirkan kekuasaan kepada siapa yang dia kehendaki?

sumber: Tabloit Al Waie edisi April 2014

Mudzakarah Ulama 2014: ”Tinggalkan Demokrasi, tegakkan khilafah”

jelang pemilu 2014, sekitar 300 ulama jatim dan 79 ulama daerah lainnya di indonesia gelar mudzakarah ulama yang hasilnya menyerukan seluruh komponen bangsal tolak demokrasi. ”segera tinggalkan demokrasi dengan semua pernak-perniknya!” tegas KH. Abdul Qoyyum, pemrakarsa mudzakarah ulama saat membacakan pers rilisnya usai mudzakarah, sabtu (8/3) di asrama haji sukolilo, surabaya.

Menurut beliau, seluruh peserta mudzakarah ulama sepakat menyatakan demokrasi adalah sistem yang zalim; sistem yang membuka lebar-lebar hegemoni, dominasi bahkan penjajahan asing kafir dan penyebab utama terjadinya krisis multidimensional.

Yang lebih parah, demokrasi adalah sistem kufur yang diharamkan oleh syariah. ”karena demokrasi adalah sistem yang menghalalkan yang diharamkan Allah serta mengharamkan yang dihalalkan Allah.” tegasnya.

Dalam mudzakarah tersebut, lanjut pimpinan majelis taklim pondok bambu al islam malang, para ulama juga menyepakati solusi untuk menyelamatkan indonesia yakni dengan perubahan sistem, bukan hanya perubahan rezim. ”perubahan dengan meninggalkan sistem demokrasi dan tegakkan khilafah islamiyah,” tegasnya.

Menurut ketua pemrakarsa KH Abdullah, acara ini merupakan bentuk ikhtiar ulama untuk terlibat secara aktif dalam memberikan solusi problem multidimensional bangsa. ”tujuannya adalah menyelamatkan indonesia dengan perspektif keilmuan para ulama, sebagai pewaris nabi (waratsatul anbiya),” ungkap pimpinan ponpes nurul ulum jember jawa timur tersebut.

Dalam pemaparan makalanya yang berjudul ”indonesia darurat”, KH Abdul Karim menyatakan indonesia dianugerahi Allah SWT negeri yang kaya-raya, dari daratan hingga lautan. Namun, saat ini dalam kondisi gawat. Utang indonesia saat ini sudah mencapai angka yang sangat besar, ”bisa jadi kalau kita tidak bisa membayar utang kita akan diusir!” ungkap ulama jawa timur tersebut.

Menurut beliau, itu terjadi lantaran indonesia menerapkan demokrasi. Sumber daya alam yang menurut ajaran islam wajib dikelola negara untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat, malah diserahkan kepada swasta bahkan asing.

Demokrasi pula yang membuat perzinaan dan riba merajalela. Padahal Rasulullah saw. Telah memperingatkan, apabila zina dan riba telah tampak nyata di suatu negeri, maka mereka telah menghalalkan diri mereka untuk menerima azab Allah. ”indonesia sangat gawat. Kalau sudah rusak seperti ini, sungguh hal ini sesuatu yang sangat mengerikan!” ungkap pengasuh pondok pesantren Al Iksan Nganjuk jawa timur.

Hal itu, menurut KH Ali Bayanullah, terjadi lantaran demokrasi adalah sistem yang melegalisasi manusia merampas hak prerogratif Allah dalam membuat hukum. Padahal dalam Al Qur’an surat al an’am ayat 50, Allah menegaskan in al-hukmu illaa lil’laah, menetapkan hukum hanyalah milik Allah swt.

Makanya ungkap Ali saat menyampaikan makalah yang berjudul ”demokrasi merampas hak prerogatif Allah”, lembaga legislasi pasti ada dalam demokrasi. Sedangkan dalam sistem pemerintahan islam yakni khilafah tidak ada namanya institusi legislasi.

”makanya institusi legislasi itu murni lembaga mungkaran!” tegas pimpinan ponpes tahfidzil qur’an darul bayan sumedang jawa barat.

Pernyataan tersebut diamini oleh KH manshur muhyiddin. Ini karena yang lebih tahu tentang manusia adalah yang menciptakannya yakni Allah swt. ”tapi manusia berani meninggalkan aturan Allah swt. Manusia membuat UU sendiri, diubah sendiri, dilanggar sendiri, diganti lalu diganti dengan UU yang baru,” ungkap pimpinan ponpes darul muttaqien cilegon banten.

Mereka merasa bangga dengan UU atau aturan yang dibuat manusia, bahkan merasa lebih hebat dari aturan-aturan yang diturunkan Allah. ”maka ini jelas-jelas syirik akbar!” tegas pendiri yayasan KH wasyid (1888) center tersebut.

Agar bangsa ini tidak terus larut dalam kerusakan dan kemusyrikan maka menurut KH Nashruddin, syariah islam wajib diterapkan secara total. ”maka dari itu, kita membutuhkan khilafah sebagai pelaksana syariah islam. Anda siap memperjuangkannya?” tanya ulama jawa tengah tersebut kemudian dijawab siap ratusan ulama lainnya.

Kalau tidak siap, menurut KH muhyiddin berarti bukan ulama pewaris nabi.

Menurutnya, ulama tidak boleh tenang-tenang, padahal umatnya sedang disesatkan dengan demokrasi dan berada di dalam jurang neraka. ”jika benar mencintai Rasulullah maka kita harusnya mengambil islam, bukan demokrasi!” tegas pimpinan ponpes An Nur pamijaha kabupaten bogor jawa barat.

Sebelum mudzakarah diakhiri, KH. Mahmudi membacakan nasihat ulama untuk umat islam, ”ulama-ulama kita, ulama ahlus sunnah wal jama’ah muttafaq (bersepakat) tentang wajibnya mengangkat khalifah; bahkan kewajiban tersebut merupakan kewajiban yang masuk kategori ahammul-wajibat (kewajiban yang paling penting).” tegas ulama jawa timur tersebut.

kemudian mudzakarah pun ditutup dengan doa oleh ulama dari banten yaitu KH tubagus zainal arifin, ”barang siapa yang menyangka demokrasi itu bagus, maka dialah orang yang paling jelek!” ungkap penasehat PC nahdlatul ulama (NU) pandeglang banten yang akrab disaba abah entus sebelum membacakan doa penutup.

Berikut adalah beberapa kutipan kalimat yang disampaikan oleh ulama lainnya yang menghadiri acara tersebut:

(KH Fathul Adzim/ulama banten) ”bagi saya demokrasi adalah sistem sampah dan pelecehan bagi ulama karena demokrasi menganut asas yang terbanyaklah yang menang. Dalam demokrasi, suara profesor, kyai, haji yang ikut demokrasi akan sama saja dengan suara pencopet dan pezina.”

(KH ali bayanullah/ulama jawa barat) ”yang berhak mengatakan ini benar, ini salah, ini baik, uni buruk, ini jelek, adalah Allah. Maka siapapun tidak berhak mengatakan itu benar walau pun itu anggota DPR. Jelas perbedaan demokrasi dengan islam. Dengan kenyataan seperti ini, demokrasi merampas hak Allah. Apakah masih ingin mempertahankan demokrasi?”

(KH syarir nuhun/ulama sulawesi selatan) ”demokrasi jelas-jelas kemungkaran, sistem kufur membawa mudharat. Anehnya, justru banyak yang berlomba-lomba untuk memproklamirkan itu dan mengajak umat berhukum dalam sistem tersebut. Sebaliknya sistem khilafah malah banyak dicemooh dan bahkan dikatakan utopis.”

(KH Muhyiddin/ulama jawa barat) ”ketika umat tidak menerapkan hukum islam malah menerapkan demokrasi, sesat apa tidak? Ulamanya ngantuk, umatnya sesat. Apakah ulama seperti ini pewaris nabi? Jika benar kita mencintai Rasul maka kita harusnya mengambil islam bukan demokrasi.”

(buya halim lanoi/ulama sulawesi tenggara) jangan pernah berharap negeri ini akan baik jika demokrasi masih ada di negeri ini, kenapa? Negara ini di eksploitiasi diambil kekayaannya oleh orang-orang kaya dan untuk kepentingan pribadi. Demokrasi harus segera ditinggalkan.”

(KH abdul karim/ulama jawa timur) indonesia sangat gawat, kalau sudah rusak seperti ini sungguh hal ini sesuatu yang sangat mengerikan. Jika telah tampak dan merajalela zina dan riba, maka masyarakat itu telah menghalalkan azab Allah. Karena itu, kalau ini tidak dihentikan kita juga akan kena akibatnya. Jika Allah menimpakan keburukan maka tidak pilih-pilih, semua akan kena.”

(KH mahmud syukri/jawa timur) ”bala’ yang menimpa indonesia adalah bala’ untuk umat islam karena indonesia negeri islam. Krisis multidimensional ini terjadi karena fasad disebabkan bermaksiat kepada Allah dan solusinya harus kembali pada Allah swt.”

(habib kholilullah bin abubakar al-habsyi/ulama jakarta) ”dengan sistem demokrasi, para pemimpin telah menghisap darah bangsanya sendiri. Masih maukah kita mendakwahkah demokrasi? Kalau tidak ingin dikutuk Allah maka tinggalkan demokrasi, campakkan demokrasi.”

(KH Nashruddin/ulama jawa tengah) ”islam memiliki konsep, namun saat ini demokrasi yang diterapkan, maka konsep islam itu tidak akan bisa ditegakkan. Maka dari itu, kita membutuhkan khilafah sebagai pelaksana syariah islam. Anda siap memperjuangkannya?”

(KH Abdul Hafidz/ulama kalimantan selatan) demokrasi membuat dharar bagi kita semua, dari sisi akidahnya, dari sisi politiknya dan kehidupannya. Demokrasi membuat umat melakukan syirik yang sangat besar, mendorong kaum muslim melakukan dosa besar.”

(KH Abdul Qottum/ulama jawa timur) ”menyadarkan umat tentang kerusakan demokrasi adalah tugas ulama. Ulama harus peka terhadap problematika umat saat ini yang terjadi. Tidak mungkin kita dimudahkan masuk ke surga kalau-cara kita memimpin umat dalam dunia kekufuran ini-diam saja. Umat akan kufur tergantung pada gerak ulamanya sekarang”

sumber: al wa’ie edisi april 2014

renungan untuk saya dan untuk kita semua… :)

Ukhuwah yang terpenting…
ukhuwah yang terpenting…
ukhuwah yang terpenting…

Semoga ukhuwah kita tetap terjaga, dan semoga Allah selalu menunjukkan jalan yang ia ridhoi bagi orang2 yang mengharapkan ridhonya dan senantiasa memperdalam ilmu agamanya…

Tetaplah berusaha menambah ilmu, mencari sebanyak-banyaknya jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam benakmu, hingga kau temukan jawaban yang paling tepat, jawaban yang diridhoi Allah…

Janganlah berpuas diri dengan sedikit ilmu yang saat ini kita miliki, karena para ulama, para sahabat nabi, para pendahulu kita, ilmu agama mereka dengan kita bagaikan bumi dan langit, kita tak ada apa-apanya dibanding mereka, ketakwaan dan keistiqomahan mereka jauh melebihi kita yang sudah terpontang panting oleh dunia ini….

jangan lantas sombong dan jumawa, merasa diri paling istiqomah, paling sholeh, paling alim, paling paham agama dan semua orang lain salah, merasa hebat dibanding orang lain, jangan, sungguh jangan, Allah tak mengharapkan kita mengkaji ilmu agama untuk jadi pembanggaan diri… 😦

Dan semoga kita senantiasa menjadi layaknya padi, yang ketika semakin berisi maka akan semakin merunduk…
Semoga kelak kita bisa bergabung dengan orang2 yang dekat dengan Rasulullah, para syuhada, dan orang2 sholeh yang senantiasa memperjuangkan tegaknya syariat islam, di surga Allah…


Aamiin, ya Rabbl ‘alamin…Â